Sleman  

Tumpah Ruah Penonton Ngayogjazz 2023, Hidupkan Ekonomi Warga Lokal

Ngayogjazz 2023
pada Ngayogjazz pada tahun ini penonton dapat berkeliling di empat panggung dan berbelanja di stand aneka kuliner dan UMKM yabg telah disediakan oleh penyelenggara event musik Jazz terbesar di provinsi berjuluk istimewa ini.

Opinijogja.com, – Penonton tumpah ruah membanjiri gelaran Ngayogjazz ke-17 di Gancahan, Sidomulyo, Godean sejak Sabtu (18/11/2023) sore hingga malam. Festival jazz tahunan di DIY bertema ‘Handarbeni Hangejazzi’ ini berhasil membawa musik jazz ke tengah masyarakat hingga mengerakkan perekonomian warga lokal.

Handarbeni Hangrungkebi tagline yang diusung Ngayogjazz 2023 kali ini diambil dari falsafah Jawa yang berarti merasa ikut memiliki dan bertanggung jawab untuk merawat dan menjaga.

Sedikitnya 40 group musik jazz tanah air maupun mancanegara memeriahkan ajang musik jazz ikon DIY ini, terlebih pertunjukan ini gratis serta terbuka untuk umum.

Kolaborasi apik dan paripurna disajikan oleh SweetSwingNoff Big Band, Mildjazzproject feat Eva Celia, Kevin Yosua, 5Petani, Kuntari, Samy Thiébault & Felipe Cabrera dari Prancis dan Tom van der Zaal Quartet dari Belanda feat Rubah di Selatan. Tidak ketinggalan ada White Shoes & The Couples Company, Kartabaya, Sinten Remen & Trie Utami, Sirkus Barock x Iksan Skuter dan lain-lain meramaikan gelaran Ngayogjazz pada tahun ini.

Gelaran Ngayogjazz yang dibuka dengan kirab bregada dan sepeda onthel ini di ikuti pula oleh sejumlah seniman di DIY dan perempuan berkebaya Jogja ikut berpartisipasi dalam Ngayogjazz.

Ngayogjazz 2023
Group Petik Cantik Nusantara yang turut memamerkan kebolehannya dalam gelaran Ngayogjazz 2023

menariknya pada Ngayogjazz pada tahun ini penonton dapat berkeliling di empat panggung dan berbelanja di stand aneka kuliner dan UMKM yabg telah disediakan oleh penyelenggara event musik Jazz terbesar di provinsi berjuluk istimewa ini.

Adyatama Kepariwisataan dan Ekonomi Kreatif Ahli Utama Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) Nia Niscaya mengatakan gelaran Ngayogjazz yang diusung di perkampungan membuat musik jazz menjadi sesuatu yang inklusif. Sehingga Ngayogjazz masih menjadi salah satu agenda nasional Kemenparekraf hingga saat ini

“Ngayogjazz terpilih untuk ketiga kalinya sebagai Kharisma Event Nusantara dan event pilihan nasional sampai sekarang.
Kami pun bangga dan memberikan apresiasi terhadap Ngayogjazz yang telah diadakan 17 kali. Sebab menciptakan itu sulit, tetapi mempertahankannya juga penuh tantangan,” tuturnya.

Ngayogjazz 2023
Gelaran Ngayogjazz yang dibuka dengan kirab bregada dan sepeda onthel ini di ikuti pula oleh sejumlah seniman di DIY dan perempuan berkebaya Jogja ikut berpartisipasi dalam Ngayogjazz.

Dalam kesempatan yang sama, Wakil Bupati Sleman Danang Maharsa mengungkapkan dari 17 kali Ngayogjazz digelar di DIY, 10 di antaranya digelar di Sleman. Selama itu pula Ngayogjazz dinilainya sangat konsisten menghadirkan musik jazz di area perkampungan.

“Yang paling terkesan dan paling asik dari seri ke-1 ke-17 itu pasti diadakan di salah satu di dalam perkampungan atau desa yang ada di wilayah DIY. Ini lah istimewanya Ngayogjazz, penonton dan musisinya tidak hanya lokal DIY, namun dari luar daerah sampai mancanegara juga hadir ” tandasnya.

Menurut Danang, Ngayogjazz dapat mempromosikan pariwisata yang ada di Kabupaten Sleman. Mengingat pengunjung dari berbagai wilayah, bahkan dunia, berkumpul jadi satu sehingga berdampak pada warung-warung kecil maupun UMKM yang ada di lokasi gelaran Ngayogjazz.

” Ajang Ngayogjazz telah membuktikan menikmati jazz tidak melulu harus di gedung mewah. Tetapi nyatanya di desa, festival musik jazz bisa digelar meriah dengan penonton yang tumpah ruah. Kita bisa turut mempromosikan desa wisata dan potensinya,” terang Wabup Danang.

Board Ngayogjazz Aji Wartono menyatakan Gancahan dipilih sebagai lokasi event Ngayogjazz 2023 ini berdasarkan pertimbangan potensi kesejarahan yang kental. Hal tersebut ditandai adanya makam Kiai Wirajamba, seorang abdi dalem dan paman Pangeran Mangkubumi atau Sri Sultan Hamengku Buwono I selaku pendiri dan raja pertama Keraton Yogyakarta.

“Beliau dipercaya membantu menunjukkan lokasi kasultanan di Tanah Pacethokan yang kemudian menjadi Keraton Yogyakarta, serta Embung Gagak Suro yang awalnya merupakan sungai tempat Kiai Wirajamba mencari ikan. Gancahan juga memiliki banyak potensi seni budaya yang masih terus dilestarikan dan dikembangkan,”pungkasnya.